Gambar otak manusia bagian depan yang disebut Allah dalam Al Qur’an Al
Karim dengan kata nashiyah (ubun-ubun) Al-Qur’an menyifati kata
nashiyah dengan kata kadzibah khathi’ah (berdusta lagi durhaka). Allah
berfirman, “(Yaitu) ubun-ubun yang mendustakan lagi durhaka.”
(Al-‘Alaq: 16) Bagaimana mungkin ubun-ubun disebut berdusta sedangkan ia
tidak berbicara? Dan bagaimana mungkin ia disebut durhaka sedangkan ia
tidak berbuat salah? Prof. Muhammad Yusuf Sakr memaparkan bahwa tugas
bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku
seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di
frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga,
kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.”
Kemudian ia memaparkan masalah ini menurut beberapa pakar ahli. Di
antaranya adalah Prof. Keith L More yang menegaskan bahwa ubun-ubun
merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan
pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang
melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun. Karena
itu, undang-undang di sebagian negara bagian Amerika Serikat menetapkan
sanksi gembong penjahat yang merepotkan kepolisian dengan mengangkat
bagian depan dari otak (ubun-ubun) karena merupakan pusat kendali dan
instruksi, agar penjahat tersebut menjadi seperti anak kecil penurut
yang menerima perintah dari siapa saja. Dengan mempelajari susunan
organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu
tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah
melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di
dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat
dan fungsinya. Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal
lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia
dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi,
berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi
kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan
inisiasi dan kognisi. Lapisan ini berada tepat di belakang dahi.
Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan
depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang
menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran
dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara
sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif
melakukan kebaikan atau kejahatan. Ketika Prof. Keith L Moore melansir
penelitian bersama kami seputar mukjizat ilmiah dalam ubun-ubun pada
semintar internasional di Kairo, ia tidak hanya berbicara tentang
fungsi frontal lobe dalam otak (ubun-ubun) manusia. Bahkan, pembicaraan
merembet kepada fungsi ubun-ubun pada otak hewan dengan berbagai
jenis. Ia menunjukkan beberapa gambar frontal lobe sejumlah hewan
seraya menyatakan, “Penelitian komparatif terhadap anatomi manusia dan
hewan menunjukkan kesamaan fungsi ubun-ubun. Ternyata, ubun-ubun
merupakan pusat kontrol dan pengarauh pada manusia, sekaligus pada
hewan yang memiliki otak. Seketika itu, pernyataan Prof. Keith
mengingatkan saya tentang firman Allah, “Tidak ada suatu binatang
melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya
Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56) Beberapa hadits Nabi SAW
yang bericara tentang ubun-ubun, seperti doa Nabi SAW, “Ya Allah,
sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak
hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…” Juga seperti doa Nabi
SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang
Engkau pegang ubun-ubunnya…” Juga seperti sabda Nabi SAW, “Kuda itu
diikatkan kebaikan pada ubun-ubunnya hingga hari Kiamat.” Apabila kita
menyandingkan makna nash-nash di atas, maka kita menyimpulkan bahwa
ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengendali perilaku manusia, dan
juga perilaku hewan. Makna Bahasa dan Pendapat Para Mufasir: Allah
berfirman, yang artinya : “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti
(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun
orang yang berdusta lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 15-16) Kata nasfa’
berarti memegang dan menarik. Sebuah pendapat mengatakan bahwa kata ini
terambil dari kalimat safa’at asy-syamsu yang berarti matahari
mengubah wajahnya menjadi hitam. Sementara kata nashiyah berarti bagian
depan kepala atau ubun-ubun. Mayoritas mufasir menakwili ayat bahwa
sifat bohong dan durhaka itu bukan untuk ubun-ubun, melainkan untuk
empunya. Sementara ulama selebihnya membiarkannya tanpa takwil, seperti
al-Hafizh Ibnu Katsir. Dari pendapat para mufasir tersebut, jelas bahwa
mereka tidak tahu ubun-ubun sebagai pusat pengambilan keputusan untuk
berbuat bohong dan durhaka. Hal itu yang mendorong mereka untuk
menakwilinya secara jauh dari makna tekstual. Jadi, mereka menakwili
shifat dan maushuf (yang disifati) dalam firman Allah, “Ubun-ubun yang
dusta lagi durhaka” itu sebagai mudhaf dan mudhaf ilaih. Padahal
perbedaan dari segi segi bahasa antara shifat dan maushuf dengan mudhaf
dan mudhaf ilaih itu sangat jelas. Sementara mufasir lain membiarka
nash tersebut tanpa memaksakan diri untuk memasuki hal-hal yang belum
terjangkau oleh pengetahuan mereka pada waktu itu. Sisi-Sisi Mukjizat
Ilmiah: Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini
dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang
fungsi otak itu sebelum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita
tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran. Seandainya
kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi SAW dan beberapa
abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang
fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada
kecuali dalam kitab ini (al-Qur’an al-Karim). Hal itu menunjukkan bahwa
ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu,
dan membuktikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Pengetahuan
tentang fungsi frontal lobe dimulai pada tahun 1842, yaitu ketika salah
seorang pekerja di Amerika tertusuk ubun-ubunnya stik, lalu hal
tersebut memengaruhi perilakunya, tetapi tidak membahayakan fungsi
tubuh yang lain. Dari sini para dokter mulai mengetahui fungsi frontal
lobe dan hubungannya dengan perilaku seseorang. Para dokter sebelum itu
meyakini bahwa bagian dari otak manusia ini adalah area bisu yang
tidak memiliki fungsi. Lalu, siapa yang Muhammad SAW bahwa bagian dari
otak ini merupakan pusat kontrol manusia dan hewan, dan bahwa ia adalah
sumber kebohongan dan kesalahan. Para mufasir besar terpaksa menakwili
nash yang jelas bagi mereka ini karena mereka belum memahami
rahasianya, dengan tujuan untuk melindungi Al Qur’an dari pendustaan
manusia yang jahil terhadap hakikat ini di sepanjang zaman yang lalu.
Sementara kita melihat masalah ini sangat jelas di dalam Kita Allah dan
Sunnah Rasulullah SAW, bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan
pengarah dalam diri orang dan hewan. Jadi, siapa yang memberitahu
Muhammad SAW di antara seluruh umat di bumi ini tentang rahasia dan
hakikat tersebut? Itulah pengetahuan Allah yang tidak datang kepadanya
kebatilan dari arah depan dan belakangnya, dan itu merupakan bukti dari
Allah bahwa Al Qur’an itu berasal dari sisi-Nya, karena ia diturunkan
dengan pengetahuan-Nya.
Sumber : http://www.binhakim.com/2011/07/rahasia-ubun-ubun-dalam-al-quran.html
Sumber : http://www.binhakim.com/2011/07/rahasia-ubun-ubun-dalam-al-quran.html
Gambar otak manusia bagian depan yang disebut Allah dalam Al Qur’an Al
Karim dengan kata nashiyah (ubun-ubun) Al-Qur’an menyifati kata
nashiyah dengan kata kadzibah khathi’ah (berdusta lagi durhaka). Allah
berfirman, “(Yaitu) ubun-ubun yang mendustakan lagi durhaka.”
(Al-‘Alaq: 16) Bagaimana mungkin ubun-ubun disebut berdusta sedangkan ia
tidak berbicara? Dan bagaimana mungkin ia disebut durhaka sedangkan ia
tidak berbuat salah? Prof. Muhammad Yusuf Sakr memaparkan bahwa tugas
bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku
seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di
frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga,
kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.”
Kemudian ia memaparkan masalah ini menurut beberapa pakar ahli. Di
antaranya adalah Prof. Keith L More yang menegaskan bahwa ubun-ubun
merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan
pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang
melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun. Karena
itu, undang-undang di sebagian negara bagian Amerika Serikat menetapkan
sanksi gembong penjahat yang merepotkan kepolisian dengan mengangkat
bagian depan dari otak (ubun-ubun) karena merupakan pusat kendali dan
instruksi, agar penjahat tersebut menjadi seperti anak kecil penurut
yang menerima perintah dari siapa saja. Dengan mempelajari susunan
organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu
tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah
melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di
dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat
dan fungsinya. Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal
lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia
dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi,
berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi
kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan
inisiasi dan kognisi. Lapisan ini berada tepat di belakang dahi.
Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan
depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang
menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran
dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara
sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif
melakukan kebaikan atau kejahatan. Ketika Prof. Keith L Moore melansir
penelitian bersama kami seputar mukjizat ilmiah dalam ubun-ubun pada
semintar internasional di Kairo, ia tidak hanya berbicara tentang
fungsi frontal lobe dalam otak (ubun-ubun) manusia. Bahkan, pembicaraan
merembet kepada fungsi ubun-ubun pada otak hewan dengan berbagai
jenis. Ia menunjukkan beberapa gambar frontal lobe sejumlah hewan
seraya menyatakan, “Penelitian komparatif terhadap anatomi manusia dan
hewan menunjukkan kesamaan fungsi ubun-ubun. Ternyata, ubun-ubun
merupakan pusat kontrol dan pengarauh pada manusia, sekaligus pada
hewan yang memiliki otak. Seketika itu, pernyataan Prof. Keith
mengingatkan saya tentang firman Allah, “Tidak ada suatu binatang
melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya
Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56) Beberapa hadits Nabi SAW
yang bericara tentang ubun-ubun, seperti doa Nabi SAW, “Ya Allah,
sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak
hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…” Juga seperti doa Nabi
SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang
Engkau pegang ubun-ubunnya…” Juga seperti sabda Nabi SAW, “Kuda itu
diikatkan kebaikan pada ubun-ubunnya hingga hari Kiamat.” Apabila kita
menyandingkan makna nash-nash di atas, maka kita menyimpulkan bahwa
ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengendali perilaku manusia, dan
juga perilaku hewan. Makna Bahasa dan Pendapat Para Mufasir: Allah
berfirman, yang artinya : “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti
(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun
orang yang berdusta lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 15-16) Kata nasfa’
berarti memegang dan menarik. Sebuah pendapat mengatakan bahwa kata ini
terambil dari kalimat safa’at asy-syamsu yang berarti matahari
mengubah wajahnya menjadi hitam. Sementara kata nashiyah berarti bagian
depan kepala atau ubun-ubun. Mayoritas mufasir menakwili ayat bahwa
sifat bohong dan durhaka itu bukan untuk ubun-ubun, melainkan untuk
empunya. Sementara ulama selebihnya membiarkannya tanpa takwil, seperti
al-Hafizh Ibnu Katsir. Dari pendapat para mufasir tersebut, jelas bahwa
mereka tidak tahu ubun-ubun sebagai pusat pengambilan keputusan untuk
berbuat bohong dan durhaka. Hal itu yang mendorong mereka untuk
menakwilinya secara jauh dari makna tekstual. Jadi, mereka menakwili
shifat dan maushuf (yang disifati) dalam firman Allah, “Ubun-ubun yang
dusta lagi durhaka” itu sebagai mudhaf dan mudhaf ilaih. Padahal
perbedaan dari segi segi bahasa antara shifat dan maushuf dengan mudhaf
dan mudhaf ilaih itu sangat jelas. Sementara mufasir lain membiarka
nash tersebut tanpa memaksakan diri untuk memasuki hal-hal yang belum
terjangkau oleh pengetahuan mereka pada waktu itu. Sisi-Sisi Mukjizat
Ilmiah: Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini
dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang
fungsi otak itu sebelum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita
tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran. Seandainya
kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi SAW dan beberapa
abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang
fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada
kecuali dalam kitab ini (al-Qur’an al-Karim). Hal itu menunjukkan bahwa
ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu,
dan membuktikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Pengetahuan
tentang fungsi frontal lobe dimulai pada tahun 1842, yaitu ketika salah
seorang pekerja di Amerika tertusuk ubun-ubunnya stik, lalu hal
tersebut memengaruhi perilakunya, tetapi tidak membahayakan fungsi
tubuh yang lain. Dari sini para dokter mulai mengetahui fungsi frontal
lobe dan hubungannya dengan perilaku seseorang. Para dokter sebelum itu
meyakini bahwa bagian dari otak manusia ini adalah area bisu yang
tidak memiliki fungsi. Lalu, siapa yang Muhammad SAW bahwa bagian dari
otak ini merupakan pusat kontrol manusia dan hewan, dan bahwa ia adalah
sumber kebohongan dan kesalahan. Para mufasir besar terpaksa menakwili
nash yang jelas bagi mereka ini karena mereka belum memahami
rahasianya, dengan tujuan untuk melindungi Al Qur’an dari pendustaan
manusia yang jahil terhadap hakikat ini di sepanjang zaman yang lalu.
Sementara kita melihat masalah ini sangat jelas di dalam Kita Allah dan
Sunnah Rasulullah SAW, bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan
pengarah dalam diri orang dan hewan. Jadi, siapa yang memberitahu
Muhammad SAW di antara seluruh umat di bumi ini tentang rahasia dan
hakikat tersebut? Itulah pengetahuan Allah yang tidak datang kepadanya
kebatilan dari arah depan dan belakangnya, dan itu merupakan bukti dari
Allah bahwa Al Qur’an itu berasal dari sisi-Nya, karena ia diturunkan
dengan pengetahuan-Nya.
Sumber : http://www.binhakim.com/2011/07/rahasia-ubun-ubun-dalam-al-quran.html
Sumber : http://www.binhakim.com/2011/07/rahasia-ubun-ubun-dalam-al-quran.html
Gambar otak manusia bagian depan yang disebut Allah dalam Al Qur’an Al
Karim dengan kata nashiyah (ubun-ubun) Al-Qur’an menyifati kata
nashiyah dengan kata kadzibah khathi’ah (berdusta lagi durhaka). Allah
berfirman, “(Yaitu) ubun-ubun yang mendustakan lagi durhaka.”
(Al-‘Alaq: 16) Bagaimana mungkin ubun-ubun disebut berdusta sedangkan ia
tidak berbicara? Dan bagaimana mungkin ia disebut durhaka sedangkan ia
tidak berbuat salah? Prof. Muhammad Yusuf Sakr memaparkan bahwa tugas
bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku
seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di
frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga,
kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.”
Kemudian ia memaparkan masalah ini menurut beberapa pakar ahli. Di
antaranya adalah Prof. Keith L More yang menegaskan bahwa ubun-ubun
merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan
pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang
melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun. Karena
itu, undang-undang di sebagian negara bagian Amerika Serikat menetapkan
sanksi gembong penjahat yang merepotkan kepolisian dengan mengangkat
bagian depan dari otak (ubun-ubun) karena merupakan pusat kendali dan
instruksi, agar penjahat tersebut menjadi seperti anak kecil penurut
yang menerima perintah dari siapa saja. Dengan mempelajari susunan
organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu
tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah
melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di
dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat
dan fungsinya. Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal
lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia
dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi,
berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi
kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan
inisiasi dan kognisi. Lapisan ini berada tepat di belakang dahi.
Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan
depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang
menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran
dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara
sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif
melakukan kebaikan atau kejahatan. Ketika Prof. Keith L Moore melansir
penelitian bersama kami seputar mukjizat ilmiah dalam ubun-ubun pada
semintar internasional di Kairo, ia tidak hanya berbicara tentang
fungsi frontal lobe dalam otak (ubun-ubun) manusia. Bahkan, pembicaraan
merembet kepada fungsi ubun-ubun pada otak hewan dengan berbagai
jenis. Ia menunjukkan beberapa gambar frontal lobe sejumlah hewan
seraya menyatakan, “Penelitian komparatif terhadap anatomi manusia dan
hewan menunjukkan kesamaan fungsi ubun-ubun. Ternyata, ubun-ubun
merupakan pusat kontrol dan pengarauh pada manusia, sekaligus pada
hewan yang memiliki otak. Seketika itu, pernyataan Prof. Keith
mengingatkan saya tentang firman Allah, “Tidak ada suatu binatang
melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya
Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56) Beberapa hadits Nabi SAW
yang bericara tentang ubun-ubun, seperti doa Nabi SAW, “Ya Allah,
sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak
hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…” Juga seperti doa Nabi
SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang
Engkau pegang ubun-ubunnya…” Juga seperti sabda Nabi SAW, “Kuda itu
diikatkan kebaikan pada ubun-ubunnya hingga hari Kiamat.” Apabila kita
menyandingkan makna nash-nash di atas, maka kita menyimpulkan bahwa
ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengendali perilaku manusia, dan
juga perilaku hewan. Makna Bahasa dan Pendapat Para Mufasir: Allah
berfirman, yang artinya : “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti
(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun
orang yang berdusta lagi durhaka.” (Al-‘Alaq: 15-16) Kata nasfa’
berarti memegang dan menarik. Sebuah pendapat mengatakan bahwa kata ini
terambil dari kalimat safa’at asy-syamsu yang berarti matahari
mengubah wajahnya menjadi hitam. Sementara kata nashiyah berarti bagian
depan kepala atau ubun-ubun. Mayoritas mufasir menakwili ayat bahwa
sifat bohong dan durhaka itu bukan untuk ubun-ubun, melainkan untuk
empunya. Sementara ulama selebihnya membiarkannya tanpa takwil, seperti
al-Hafizh Ibnu Katsir. Dari pendapat para mufasir tersebut, jelas bahwa
mereka tidak tahu ubun-ubun sebagai pusat pengambilan keputusan untuk
berbuat bohong dan durhaka. Hal itu yang mendorong mereka untuk
menakwilinya secara jauh dari makna tekstual. Jadi, mereka menakwili
shifat dan maushuf (yang disifati) dalam firman Allah, “Ubun-ubun yang
dusta lagi durhaka” itu sebagai mudhaf dan mudhaf ilaih. Padahal
perbedaan dari segi segi bahasa antara shifat dan maushuf dengan mudhaf
dan mudhaf ilaih itu sangat jelas. Sementara mufasir lain membiarka
nash tersebut tanpa memaksakan diri untuk memasuki hal-hal yang belum
terjangkau oleh pengetahuan mereka pada waktu itu. Sisi-Sisi Mukjizat
Ilmiah: Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini
dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang
fungsi otak itu sebelum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita
tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran. Seandainya
kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi SAW dan beberapa
abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang
fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada
kecuali dalam kitab ini (al-Qur’an al-Karim). Hal itu menunjukkan bahwa
ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu,
dan membuktikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Pengetahuan
tentang fungsi frontal lobe dimulai pada tahun 1842, yaitu ketika salah
seorang pekerja di Amerika tertusuk ubun-ubunnya stik, lalu hal
tersebut memengaruhi perilakunya, tetapi tidak membahayakan fungsi
tubuh yang lain. Dari sini para dokter mulai mengetahui fungsi frontal
lobe dan hubungannya dengan perilaku seseorang. Para dokter sebelum itu
meyakini bahwa bagian dari otak manusia ini adalah area bisu yang
tidak memiliki fungsi. Lalu, siapa yang Muhammad SAW bahwa bagian dari
otak ini merupakan pusat kontrol manusia dan hewan, dan bahwa ia adalah
sumber kebohongan dan kesalahan. Para mufasir besar terpaksa menakwili
nash yang jelas bagi mereka ini karena mereka belum memahami
rahasianya, dengan tujuan untuk melindungi Al Qur’an dari pendustaan
manusia yang jahil terhadap hakikat ini di sepanjang zaman yang lalu.
Sementara kita melihat masalah ini sangat jelas di dalam Kita Allah dan
Sunnah Rasulullah SAW, bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan
pengarah dalam diri orang dan hewan. Jadi, siapa yang memberitahu
Muhammad SAW di antara seluruh umat di bumi ini tentang rahasia dan
hakikat tersebut? Itulah pengetahuan Allah yang tidak datang kepadanya
kebatilan dari arah depan dan belakangnya, dan itu merupakan bukti dari
Allah bahwa Al Qur’an itu berasal dari sisi-Nya, karena ia diturunkan
dengan pengetahuan-Nya.
Sumber : http://www.binhakim.com/2011/07/rahasia-ubun-ubun-dalam-al-quran.html
Sumber : http://www.binhakim.com/2011/07/rahasia-ubun-ubun-dalam-al-quran.html
Prof. Muhammad Yusuf Sakr memaparkan bahwa tugas bagian otak yang ada di ubun-ubun manusia adalah mengarahkan perilaku seseorang. “Kalau orang mau berbohong, maka keputusan diambil di frontal lobe yang bertepatan dengan dahi dan ubun-ubunnya. Begitu juga, kalau ia mau berbuat salah, maka keputusan juga terjadi di ubun-ubun.”
Kemudian ia memaparkan masalah ini menurut beberapa pakar ahli. Di antaranya adalah Prof. Keith L More yang menegaskan bahwa ubun-ubun merupakan penanggungjawab atas pertimbangan-pertimbangan tertinggi dan pengarah perilaku manusia. Sementara organ tubuh hanyalah prajurit yang melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil di ubun-ubun.
Karena itu, undang-undang di sebagian negara bagian Amerika Serikat menetapkan sanksi gembong penjahat yang merepotkan kepolisian dengan mengangkat bagian depan dari otak (ubun-ubun) karena merupakan pusat kendali dan instruksi, agar penjahat tersebut menjadi seperti anak kecil penurut yang menerima perintah dari siapa saja.
Dengan mempelajari susunan organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat dan fungsinya.
Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi, berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan inisiasi dan kognisi.
Lapisan ini berada tepat di belakang dahi. Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif melakukan kebaikan atau kejahatan.
Ketika Prof. Keith L Moore melansir penelitian bersama kami seputar mukjizat ilmiah dalam ubun-ubun pada semintar internasional di Kairo, ia tidak hanya berbicara tentang fungsi frontal lobe dalam otak (ubun-ubun) manusia. Bahkan, pembicaraan merembet kepada fungsi ubun-ubun pada otak hewan dengan berbagai jenis. Ia menunjukkan beberapa gambar frontal lobe sejumlah hewan seraya menyatakan, “Penelitian komparatif terhadap anatomi manusia dan hewan menunjukkan kesamaan fungsi ubun-ubun.
Ternyata, ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengarauh pada manusia, sekaligus pada hewan yang memiliki otak. Seketika itu, pernyataan Prof. Keith mengingatkan saya tentang firman Allah, “Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56)
Beberapa hadits Nabi SAW yang bericara tentang ubun-ubun, seperti doa Nabi SAW, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu dan anak hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu…”
Juga seperti doa Nabi SAW, “Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya…”
Juga seperti sabda Nabi SAW, “Kuda itu diikatkan kebaikan pada ubun-ubunnya hingga hari Kiamat.”
Apabila kita menyandingkan makna nash-nash di atas, maka kita menyimpulkan bahwa ubun-ubun merupakan pusat kontrol dan pengendali perilaku manusia, dan juga perilaku hewan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar