Peneliti di Amerika Serikat telah menemukan air dalam batuan yang berasal dari Bulan. Temuan ini langsung menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru tentang asal usul Bulan. Temuan ini diketahui dengan menganalisis manik-manik kaca berukuran kecil dari pasir Bulan yang diambil oleh astronot-astronot misi Apollo.
Teori ilmiah yang banyak diyakini orang sekarang ini untuk pembentukan bulan adalah teori "giant impact" (tubrukan besar). Teori ini menyebutkan bahwa ada objek raksasa menabrak Bumi yang belum lama terbentuk, menyalurkan magma cair dalam jumlah yang sangat banyak ke dalam lintasan. Piringan magma ini perlahan-lahan menyatu dan membeku menjadi Bulan seperti sekarang ini. Tetapi karena bulan terlalu kecil untuk menyimpan atmosfer, maka semua cairan atau gas volatil, seperti air, dianggap telah habis menguap dan lepas ke ruang angkasa.
Kini sebuah tim di Universitas Brown, Rhode Island, US, telah membuat teori ini mulai diragukan dengan ditemukannya air dalam manik-manik titanium yang tersebar di seluruh permukaan Bulan. Manik-manik ini adalah hasil dari erupsi volkanis lunar yang sangat besar, yang terjadi milyaran tahun yang lalu.
Kumpulan manik-manik kaca volkanis hijau dari tempat pendaratan Apollo 15
Yang lebih penting lagi, manik-manik ini terbuat dari material yang berasal dari dalam perut Bulan sehingga tidak ada kemungkinan bahwa air ini bisa berasal dari sumber luar seperti komet yang menabrak permukaan bulan.
Dengan menggunakan spektrometri massa ion sekunder presisi (SIMS), tim ini dikejutkan dengan temuan bahwa manik-manik tersebut mengandung sekitar 45 bagian per juta air. Dengan memodelkan dinamika-dinamika erupsi volkanis dan laju pendinginan, mereka menghitung bahwa sekitar 95 persen air hilang selama aktivitas volkanis yang membawa manik-manik tersebut ke permukaan. Ini menghasilkan dugaan bahwa lahar dalam perut Bulan mengandung air sampai 745 bagian per juta - hampir sama dengan yang terdapat pada lapisan terluar kulit bumi.
"Model yang kami buat ini tidak sempurna - jadi walaupun kami tahu disana ada air, kami tidak bisa pastikan berapa banyak jumlahnya," kata Alberto Saal, pimpinan penelitian ini. Meskipun demikian, Saal menambahkan, keberadaan air ini harus dipertimbangkan dalam penyusunan teori-teori tentang pembentukan Bulan di masa mendatang.
"Ini merupakan hasil yang cukup mengejutkan dan penting," kada David Stevenson, seorang ahli evolusi planet di Institut Teknologi California. "Air mengurangi titik leleh batuan, sehingga air bisa merubah evolusi sebuah benda seperti Bulan."
"Tapi satu hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa bulan kemungkinan heterogen," tambah Stevenson. "Ada kemungkinan bahwa selama terjadinya tubrukan raksasa beberapa daerah berair dapat terjebak. Penemuan air pada satu tempat tidak berarti bahwa bagian bulan yang lain juga mengandung air."